(id) Bottom Half: Cerita dari Cimahi Cyber City
Ada satu konsep cerita yang terpikirkan olehku dari beberapa tahun lalu. Sayangnya, seperti ide ceritaku yang lain, aku selalu mentok tiada akhir memikirkan bagian tengah ceritanya, makanya ceritanya tidak pernah mulai kutulis.
Sebelum semuanya kulupakan dan/atau catatannya hilang karena HDD-ku rusak, aku tulis di sini saja biar jadi cadangan awan (cloud backup).
Bottom Half
“Bottom Half” di judul ini maksudnya bukan selangkangan atau bagian bawah tubuh, cukup ambil arti harfiahnya, “setengah-bawah.”
Ceritanya berlatar di Kota Cimahi pada tahun 2035, 8 tahun setelah proyek “Cimahi Complete Integration” atau CCI mulai diterapkan. Kota Cimahi sekarang dikenal sebagai “Cimahi Cyber City” karena dengan adanya sistem CCI, semua data penduduk tersimpan secara online dan saling terhubung secara total. Contohnya, penduduk Cimahi yang bekerja di Cimahi tidak perlu mengisi SPT karena Bappenda Cimahi dapat mengambil data gaji langsung dari database perusahaan di mana dia bekerja. Contoh lain, murid SMA Kota Cimahi tidak perlu repot-repot melaporkan nilai rapor untuk mengikuti SBMPTN, karena Kemendikbud dan perguruan tinggi dapat mengakses data nilai mereka langsung dari basis data tiap-tiap sekolah.
Saling terhubungnya data seperti ini mendatangkan banyak kemudahan bagi para penduduk, namun adanya akses pad data yang lengkap seperti ini tidak tanpa resikonya sendiri. Sebuah grup teroris, Pangkas Populasi Ascim (atau ASCIM saja), melakukan peretasan dan mendapatkan akses pada data tersebut dan mengunduh salinannya. Dengan kekuatan kecerdasan buatan (AI) yang disebut Atalanta, mereka menyortir data penduduk Cimahi berdasarkan suatu algoritma dan memberikan masing-masing individu angka peringkat. Kemudian, daftarnya dibelah di tengah menjadi dua: Top Half dan Bottom Half. Dan semua yang jatuh di peringkat Bottom Half akan dibunuh. Setiap malamnya, antek-antek ASCIM bergerak di kegelapan, menghabisi puluhan orang.
Sidiq adalah seorang petugas dari Cimahi Command Center, badan kecil di bawah Pemkot Cimahi yang mengurusi sistem CCI, dan ia sadar bahwa kebocoran data tersebut adalah akibat keteledorannya. Di luar usaha pihak kepolisian yang mencoba menghentikan ASCIM, Sidiq memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri dan ikut mengejar grup tersebut.
Inspirasi Dasar
Melihat teknologi informasi di bagian keuangan di Indonesia seperti m-Banking dan QRIS yang kemudahannya bisa mengalahkan Amerika dan Jepang, aku jadi terpikir kalau Indonesia niat membangun sesuatu di infrastruktur IT, pasti akan terkejar. Programmer Indonesia banyak dan kapabel, mungkin sudah setara atau melampaui India. Di cerita ini, aku lokalkan implementasinya hanya ke Kota Cimahi karena ini kota kecil yang tidak jauh dari kota besar (Kota Bandung) makanya terkesan maju tapi mudah diatur; menurutku akan mudah mengimplementasikan sistem besar seperti CCI ini di kota kecil seperti Cimahi.
Cimahi yang berhasil mengimplementasikan CCI adalah optimisme ekstrim dariku. Di sisi lain sekaligus sisi yang sama, munculnya ASCIM adalah pesimisme ekstrimku. Sering sekali datang kabar kalau data penduduk yang dipegang BPJS atau badan-badan lainnya bocor ke tangan pihak jahat dan diperjualbelikan di internet. Tentu orang-orang gusar, tapi aku rasa kebanyakan hanya menghela nafas sambil berpikir “semoga dataku tidak dipakai daftar pinjol.” Karena itu, konsekuensi kebocoran data penduduk aku bawa ke ranah ekstrim di cerita ini: dipakai untuk menilai individu dan memutuskan apakah mereka berhak hidup atau harus dicabut nyawanya.
Selain keamanan data dari pihak instansi, aku juga ingin sedikit membawa tentang ekspresi di internet. Atalanta, AI yang digunakan ASCIM untuk memberi peringkat pada penduduk Cimahi, tidak menilai sebagaimana kehendak para anggota ASCIM, tapi menggunakan algoritma yang Atalanta kembangkan sendiri. Atalanta tersebut terhubung dengan internet, dan belajar bagaimana cara menilai manusia dari sana… termasuk sosial media. Semua pendapat ekstrim yang ada membentuk cara berpikir AI tersebut, melambangkan bagiamana manusia dapat terpengaruh tulisan manusia lain di internet.
Dua Cerita
Aku berencana membuat ceritanya memiliki dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Sidiq dan sudut pandang ASCIM.
Sudut pandang Sidiq adalah cerita utamanya, yaitu cerita Sidiq bergerak sendiri untuk menghentikan ASCIM. Seperti cerita di film-film action detektif, kira-kira begitulah. Sayangnya baru terpikir bagian awal ceritanya saja: Sidiq membiarkan virus masuk ke Cimahi Command Center karena mencolokkan flash disk yang diberikan oleh rekan kerjanya, dan itulah kenapa ASCIM punya akses pada semua data yang terintegrasi dengan CCI. Bagaimana dia mengejar ASCIM dan bagaimana ceritanya berakhir belum terpikirkan…
Sudut pandang kedua, yaitu sudut pandang ASCIM, berupa semacam antologi, cerita-cerita pendek yang menceritakan ketika salah satu anggota ASCIM berangkat untuk membunuh targetnya. Beberapa cerita tersebut adalah:
- Dead End Author: seseorang yang peringkatnya jauh di bawah menjadi target ASCIM. Orangnya tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki kualifikasi atau pendidikan yang menjanjikan pula. Ketika ditodong pistol, dia berdalih bahwa dia akan tergolong di peringkat Top Half kalau saja sudah menyelesaikan dan merilis bukunya, yang ia yakini pasti akan menjadi best seller. Cerita ini menyorot fakta bahwa Atalanta tidak bisa menilai potensi/masa depan.
- Sick Mother: salah satu anggota ASCIM pergi untuk membunuh seorang ibu tua yang terbaring di tempat tidur dan tidak bisa apa-apa. Ketika sampai, ternyata anaknya juga berada di sana. Sang anak mengancam kalau dia akan membunuh dirinya sendiri kalau ibunya mati, yang mana melawan protokol ASCIM karena anaknya ada di Top Half dan harus dibiarkan hidup.
- One-Legged Wendy: seorang pengguna kursi roda, orang yang kehilangan kemampuan berjalannya karena kecelakaan, dinilai mendapat peringkat di Bottom Half dan menjadi target ASCIM. Ketika ditodong oleh anggota ASCIM, orang itu mengeluhkan bahwa penilaiannya tidak adil, bahwa ia pasti akan berada di Top Half kalau saja tidak memiliki disabilitas.
Oh dan sebagai catatan, Pangkas Populasi Ascim diambil dari “Pangkas Rambut Asgar.” Seperti namanya, tujuan utama ASCIM adalah untuk memangkas populasi Kota Cimahi yang mereka anggap sudah terlalu banyak. Karena itu, mereka membiarkan orang-orang yang pindah keluar dari Kota Cimahi tetap hidup, walaupun mereka tergolong di Bottom Half.